Religi

Membakar Dupa Saat Berada di Kabah Mekkah Arab Saudi

Dianjurkan Membakar Dupa Saat Beribadah

Membakar dupa atau buhur atau kemenyan atau wewangin saat salat, berdoa, majelis zikir, pengajian, atau selainnya diperbolehkan.

Membakar dupa atau buhur atau kemenyan (istijmar) dianjurkan karena termasuk perkara sunnah.

Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam bersabda;

ﻛﺎﻥ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺇﺫﺍ ﺍﺳﺘﺠﻤﺮ ﺍﺳﺘﺠﻤﺮ ﺑﺎﻟﻮﺓ ﻏﻴﺮ ﻣﻄﺮﺍﺓ ﺃﻭ ﺑﻜﺄﻓﻮﺭ ﻳﻄﺮﺣﻪ ﻣﻊ ﺍﻷﻟﻮﺓ ﺛﻢ ﻗﺎﻝ ﻫﻜﺬﺍ ﻛﺎﻥ ﻳﺴﺘﺠﻤﺮ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ

Artinya:

“Apabila Ibnu Umar beristijmar (membakar dupa) maka beliau beristijmar dengan uluwah yang tidak ada campurannya dan dengan kafur yang dicampur dengan uluwah, kemudian beliau berkata: Seperti inilah Rasulullah Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam beristijmar” (HR. Nasa’i No. 5152).

Imam Nawawi menyarahi hadis ini sebagai berikut;

ﺍﻻﺳﺘﺠﻤﺎﺭ ﻫﻨﺎ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﻭﺍﻟﺘﺒﺨﺮ ﺑﻪ ﻭﻫﻮ ﻣﺄﺧﻮﺫ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺠﻤﺮ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺒﺨﻮﺭ ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻷﻟﻮﺓ ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻻﺻﻤﻌﻲ ﻭﺃﺑﻮ ﻋﺒﻴﺪ ﻭﺳﺎﺋﺮ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﻭﺍﻟﻐﺮﻳﺐ ﻫﻲ ﺍﻟﻌﻮﺩ ﻳﺘﺒﺨﺮ ﺑﻪ

Yang dimaksud dengan istijmar di sini adalah menggunakan wewangian dan berbuhur atau “berdupa” dengannya.

Lafaz istijmar itu diambil dari kalimat al-majmar yang bermakna al-buhur atau “dupa”.

Adapun uluwah itu menurut Al Ashmu’i dan Abu Ubaid dan seluruh pakar Bahasa Arab bermakna kayu dupa (gaharu) yang dibuat untuk dupa (Syarh Imam Nawawi ala Muslim: 15/10).

Ditambah pendapat Imam Nawawi penyarah hadis ulung tentang hadis ini;

ﻭﻳﺘﺎﻛﺪ ﺍﺳﺘﺤﺒﺎﺑﻪ ﻟﻠﺮﺟﺎﻝ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﻭﺍﻟﻌﻴﺪ ﻭﻋﻨﺪ ﺣﻀﻮﺭ ﻣﺠﺎﻣﻊ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻭﻣﺠﺎﻟﺲ ﺃﻟﺬﻛﺮ ﻭﺍﻟﻌﻠﻢ

“Dan sangat kuat kesunatan memakai wewangian (termasuk istijmar) bagi laki-laki pada hari Jumat dan hari raya, dan saat menghadiri perkumpulan kaum muslimin dan majelis-majelis zikir juga majelis-majelis ilmu” (Syarah Nawawi ala Muslim: 15/10).

Membakar dupa atau buhur atau kemenyan atau wewangian saat majelis zikir atau majelis pengajian sudah dicontohkan oleh Imam Malik Radhiallahu ‘Anhu.

Seperti yang dijelaskan dalam biografi Imam Malik yang ditulis di belakang kitab Tanwirul Hawalik syarah Muwattho’ Malik Imam Suyuti juz 3 nomor 166.

ﻗﺎﻝ ﻣﻄﺮﻑ ﻛﺎﻥ ﻣﺎﻟﻚ ﺇﺫﺍ ﺃﺗﺎﻩ ﺍﻟﻨﺎﺳﺨﺮﺟﺖ ﺍﻟﻴﻬﻢ ﺍﻟﺠﺎﺭﻳﺔ ﻓﺘﻘﻮﻝ ﻟﻬﻢ ﻳﻘﻮﻝ ﻟﻜﻢ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺗﺮﻳﺪﻭﻥ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺃﻭ ﺍﻟﻤﺴﺎﺋﻞ؟ ﻓﺈﻥ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﺍﻟﻤﺴﺎﺋﻞ ﺧﺮﺝ ﺍﻟﻴﻬﻢ ﻭﺍﻓﺘﺎﻫﻢ ﻭﺍﻥ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻗﺎﻝ ﻟﻬﻢ ﺍﺟﻠﺴﻮﺍ ﻭﺩﺧﻞ ﻣﻐﺘﺴﻠﻪ ﻓﺎﻏﺘﺴﻞ ﻭﺗﻄﻴﺐ ﻭﻟﺒﺲ ﺛﻴﺎﺑﺎ ﺟﺪﺩﺍ ﻭﺗﻌﻤﻢ ﻭﻭﺿﻊ ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺳﻪ ﺍﻟﻄﻮﻳﻠﺔ ﻭﺗﻠﻘﻰ ﻟﻪ ﺍﻟﻤﻨﺼﺔ ﻓﻴﺨﺮﺝ ﺍﻟﻴﻬﻢ ﻭﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺨﺸﻮﻉ ﻭﻳﻮﺿﻊ ﻋﻮﺩ ﻓﻼ ﻳﺰﺍﻝ ﻳﺘﺒﺨﺮ ﺣﺘﻰ ﻳﻔﺮﻍ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ

Mutrif berkata: “Apabila orang-orang mendatangi kediaman Imam Malik Radhiallahu ‘Anhu, maka mereka disambut oleh pelayan wanita beliau yang masih kecil lalu berkata kepada mereka: “Imam Malik bertanya apakah Anda semua mau bertanya tentang hadis atau masalah keagamaan?”

Jika mereka berkata: “Masalah keagamaan” maka, Imam Malik kemudian keluar kamar dan berfatwa, jika mereka berkata”hadis” maka beliau mempersilakan mereka untuk duduk, kemudian beliau masuk ke dalam kamar mandi, lalu mandi, dan memakai minyak wangi, kemudian memakai pakaian yang bagus dan mengenakan surban. Dan di atas beliau memakai selendang panjang di atas kepalanya, kemudian di hadapan beliau diletakkan mimbar (dampar) dan setelah itu beliau keluar menemui mereka dengan khusyuk lalu dibakarlah dupa hingga selesai dari menyampaikan hadis Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam.

ﻣﺴﺌﻠﺔ ﺝ ﺍﺧﺮﺍﻕ ﺍﻟﺒﺨﻮﺭ ﻋﻨﺪ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻭ ﻧﺤﻮﻩ ﻛﻘﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﻘﺮﺃﻥ ﻭ ﻣﺠﻠﺲ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻟﻪ ﺍﺻﻞ ﻓﻰ ﺍﻟﺴﻨﺔﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﺍﻥ ﺍﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻳﺤﺐ ﺍﻟﺮﻳﺢ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﻭ ﻳﺤﺐ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﻭ ﻳﺴﺘﻌﻤﻠﻬﺎ ﻛﺜﻴﺮﺍﺑﻠﻐﺔ ﺍﻟﻄﻼﺏ ﺹ 53-54

“Membakar dupa atau kemenyan ketika berzikir pada Allah dan sebagainya seperti membaca Al Qur’an atau di majelis-majelis ilmu memiliki dasar dalil dari hadis yaitu dilihat dari sudut pandang bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam menyukai bau wangi dan minyak wangi dan beliau (Nabi Muhammad) pun sering memakainya” (Bulghot Ath Thullab halaman 53-54).

ﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻭﻳﺴﺘﺤﺐ ﺃﻥ ﻳﺒﺨﺮ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻣﻦ ﺣﻴﻦ ﻳﻤﻮﺕ ﻻﻧﻪ ﺭﺑﻤﺎ ﻇﻬﺮ ﻣﻨﻪ ﺷﺊ ﻓﻴﻐﻠﺒﻪ ﺭﺍﺋﺤﺔ ﺍﻟﺒﺨﻮﺭ

“Sahabat-sahabat kita (dari Imam Syafi’i) berkata: “Sesungguhnya disunahkan membakar dupa di dekat mayit (jenazah) karena terkadang ada sesuatu yang muncul maka bau maka dengan buhur atau kemenyan tersebut bisa mengalahkan atau menghalanginya” (Al-Majmu’ Syarh Muhadzdzab juz 5, hal. 160).

Oleh sebab itu kita jangan asal bilang haram, bid’ah, dan mengafirkan jika melihat saudara muslim sedang melakukan pembakaran dupa atau buhur atau kemenyan dalam sebuah acara.

Prasangka Allah tergantung kepada prasangka hamba-Nya. Doa akan dikabulkan jika yang berdoa yakin Allah akan mengabulkannya.

Oleh karena itu membakar dupa atau buhur atau kemenyan atau wewangin saat salat, berdoa, majelis zikir, pengajian, atau selainnya dalam rangka ibadah adalah boleh.

Tags: