Religi

Ramadan Ke-20: Amalan Istimewa Selama I’tikaf

Ramadan Ke-20: Amalan Istimewa Selama I’tikaf

I’tikaf atau berdiam diri di dalam masjid dengan niat dan tujuan fokus ibadah pada akhir sepuluh malam Ramadan 1444 Hijriah sangat istimewa.

Meski demikian, masih banyak di antara kita belum tahu cara i’tikaf dan apa saja yang harus dilakukan selama berada dalam masjid.

Sebelum beri’tikaf, kita diwajibkan tahu syarat dan rukunnya agar hasilnya maksimal. Dari segi bahasa, i’tikaf menetap di sebuah tempat, yakni masjid.

Hukumnya i’tikaf sunah muakkad (sangat dianjurkan) pada malam ke-20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 dan 29. Pada sepuluh malam terakhir Ramadan ini terdapat malam yang sangat agung atau Lailatul Qadar.

Allah berfirman;

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (QS. Al Qadar 3).

Syarat i’tikaf adalah niat, berdiam secara pribadi (menjaga lisan, perbuatan, menjaga syahwat, dan lainnya), baligh, berakal, suci dari hadas kecil/besar, dan tidak keluar dari masjid selama i’tikaf dimulai.

Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam bersabda:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ فِى كُلِّ رَمَضَانَ ، وَإِذَا صَلَّى الْغَدَاةَ دَخَلَ مَكَانَهُ الَّذِى اعْتَكَفَ فِيهِ – قَالَ – فَاسْتَأْذَنَتْهُ عَائِشَةُ

Artinya:

“Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadan. Apabila selesai dari salat subuh, beliau masuk ke tempat khusus i’tikaf beliau. Kemudian ’Aisyah Radhiyallahu ’Anha meminta izin untuk bisa beri’tikaf bersama beliau, maka beliau mengizinkannya” (HR. Bukhari No. 2026 dan HR. Muslim No. 1172)

أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

Artinya:

“Nabi Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan hingga beliau wafat, kemudian para istri beliau beri’tikaf sepeninggal beliau” (HR. Bukhari dan Muslim).

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ

“Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalil Ijma’ Ulama

Beberapa ulama telah menyatakan bahwa kaum muslimin telah berijma’ bahwa i’tikaf merupakan ibadah yang disyariatkan dan hukumnya tidak wajib.

Kecuali seorang yang bernadzar untuk beri’tikaf maka jika sudah bernadzar maka dia wajib menunaikan i’tikafnya.

Amalan Selama I’tikaf

1. Mengerjakan Ibadah Umrah

Umrah di bulan Ramadan sangat istimewa. Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam bersabda;

فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِى فِيهِ فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ حَجَّةٌ

Artinya:

“Jika Ramadan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadan senilai dengan haji” (HR. Bukhari No. 1782 dan HR. Muslim No. 1256)

Dalam lafaz Imam Muslim disebutkan;

فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً

Artinya:

“Umrah pada bulan Ramadan senilai (setara) dengan haji” (HR. Muslim No. 1256)

Dalam lafazh Imam Bukhari yang lain disebutkan;

فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ تَقْضِى حَجَّةً مَعِى

Artinya:

“Sesungguhnya umrah di bulan Ramadan seperti berhaji bersamaku (Rasulullah)” (HR. Bukhari No. 1863)

2. Menjalankan Salat Sunah

Selain mengerjakan salat wajib lima waktu, memperbanyak salat sunah saat i’tikaf sangatlah dianjurkan. Karena salat merupakan seutama-utamanya ibadah dan paling besar pahalanya.

Salat merupakan hubungan langsung antardua pihak, yakni seorang hamba dengan Sang Pencipta. Terlebih lagi, salat adalah tiang agama dan rukun Islam yang paling utama bagi umat Islam.

Untuk salat sunah ini bisa dikerjakan antara lain salat sunah sebelum dan sesudah salat lima waktu, sunah dhuha, sunah tahajud, sunah hajat, dan sunah lain-lainnya.

3. Sering Membaca Al Qur’an

Al Qur’an membawa umat Islam pada kedamaian dan memberikan petunjuk kehidupan. Orang yang gemar membaca Al Qur’an akan mendapatkan syafaat pada hari akhir kelak.

4. Memperbanyak Zikir

Allah berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Artinya:

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. Ar Ra’du 28).

Zikir merupakan amalan i’tikaf yang luar biasa. Orang yang beri’tikaf dianjurkan untuk memperbanyak zikir tasbih, tahmid, tahlil, istighfar, atau selainnya.

Zikir adalah ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sesungguhnya, menyibukkan diri saat i’tikaf dengan berzikir akan mendapat pahala yang sangat besar.

5. Memperbanyak Membaca Salawat

Firman Allah:

إنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya:

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al Ahzab 56).

Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam bersabda;

حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik RA dia berkata: Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wa Sallam bersabda: “Barangsiapa bersalawat kepadaku (Nabi Muhammad) satu kali, maka Allah akan mengucapkan salawat kepadanya sepuluh kali, dihapuskan darinya sepuluh kesalahan, dan dia diangkat sepuluh derajat untuknya” (HR. Nasa’i)

6. Mengurangi Aktifitas Tidak Penting

Pada saat melaksanakan i’tikaf umat Islam dianjurkan untuk mengurangi hubungan dengan orang banyak. Kata para ulama, lebih disukai, jika i’tikaf telah selesai, kita berdiam diri pada malam menjelang Idul Fitri.

Kemudian, keesokan harinya keluar dari masjid tempat i’tikaf menuju tempat salat Idul Fitri. Dengan demikian, kita telah menyambung dari satu ibadah ke ibadah yang lainnya.

Sabda Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam:

مَنْ قَامَ لَيْلَتَىِ الْعِيدَيْنِ لِلهِ مُحْتَسِبًا لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ الْقُلُوبُه

Artinya:

“Barangsiapa bangun (untuk beribadah) pada dua malam Ied dengan mengharapkan pahala dari Allah, maka Allah tidak akan mematikan hatinya pada saat dimatikannya semua hati” (HR. Ibnu Majah dan HR. As Syafi’i).

7. Gemar Bersedekah

Firman Allah:

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS. Al Baqarah 261)

Ini permisalan yang Allah gambarkan tentang berlipat gandanya pahala orang-orang yang berinfak di jalan Allah dengan selalu selalu mengharap ridhaNya.

Dan ingatlah bahwa setiap kebaikan akan dibalas 10 hingga 700 kali lipat oleh Allah. Semua tergantung kepada keikhlasan hati si donatur.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan: “Ayat ini merupakan isyarat bahwa setiap amal saleh yang dilakukan akan diiming-imingi pahala yang berlimpah ruah untuk pelakunya. Sebagaimana Allah mengiming-imingi tanaman bagi siapa yang menanamnya di tanah yang baik (subur).”

Tags: