Religi

Selamat tahun baru Islam 1 Muharram

Waspadai Keramatnya Bulan Muharram

Muharram merupakan nama bulan pertama dalam kalender tahun hijriah. Tanggal 1 Muharram 1442 hijriah tahun ini bertepatan pada 20 Agustus 2020.

Urutan dua belas bulan dalam kalender hijriah antara lain; (1) Muharram (محرم), (2) Shafar (صفر), (3) Rabi'ul Awwal (ربىع الأول), (4) Rabi'ul Akhir (ربىع الأخر), (5) Jumadil Awal (جمادى الأول), (6) Jumadil Akhir (جمادى الأخر), (7) Rajab (رجب), (8) Sya’ban (شعبان), (8) Ramadan (رمضان), (10) Syawal (شوال), (11) Dzulqo’dah (ذوالقاعدة), (12) Dzulhijjah (ذوالحجاة).

Bulan Muharram disebut Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sebagai syahrullah (bulan Allah) karena bulan ini memilki keutamaan yang sangat besar.

“Sebaik-baik puasa setelah Ramadan adalah puasa di bulan Muharram, dan sebaik-baik salat setelah fardhu adalah salat malam” (HR. Muslim).

Zaman dahulu sebelum datangnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bulan Muharram dinamakan bulan Shafar Al Awwal. Sedangkan bulan Shafar dinamakan Shafar Ats Tsani.

Namun setelah datangnya Islam, bulan Shafar Al Awwal dinamakan Al Muharram. Al Muharram dalam bahasa Arab artinya adalah waktu yang diharamkan, yakni diharamkan dari menzalimi diri kita dan berbuat dosa.

Firman Allah Azza Wa Jalla;

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Artinya:

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Allah menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah ketetapan agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa” (QS. At Taubah 36).

Ibnu Abbas RA mengatakan firman Allah dalam surat At Taubah ayat 36 tentang larangan melakukan kezaliman pada bulan ini.

Kemudian Allah mengkhususkan pada empat bulan tersebut dan dijadikan sebagai bulan haram sehingga menjadi kehormatan bagi bulan-bulan tersebut.

Sehingga kejahatan yang dilakukan di dalamnya lebih besar dosanya dari kejahatan yang dilakukan di bulan yang lain.

Sebagaimana halnya amal salih di dalamnya juga lebih besar pahalanya dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain.

Beberapa amalan-amalan sunah di bulan Muharram seperti puasa sebagaimana hadis;

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

Artinya:

“Puasa yang paling afdhol setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Al Muharram” (HR. Muslim).

Hadis ini menegaskan bahwa puasa sunah yang paling utama (afdhol) setelah Ramadan adalah puasa pada bulan Muharram. Yakni memperbanyak puasa-puasa sunah dalam bulan ini, terutama ketika hari ‘Asyura (10 Muharram).

Selain puasa, selama berada di bulan Muharram memperbanyak amal salih. Di antaranya salat-salat sunah (qabliyah dan bakdiyah, tahajud, dhuha), berbekam, berzikir, bersedekah, berbagi hadiah, memperbaiki silaturahim, dan kebajikan lainnya.

Kemudian memperbaiki diri dengan senantiasa bertaubat atas dosa-dosa atau kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu. Meninggalkan kemaksiatan atau kejelekan yang pernah dikerjakannya.

Seorang muslim saat memasuki bulan haram (Muharram) hendaknya lebih ekstra hati-hati ketika akan berbuat kemaksiatan. Sebagaimana firman Allah dalam surat At Taubah 36;

“…maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu”. Maksudnya adalah jangan sampai kita berbuat maksiat sehingga kita mendapatkan dosa yang berlipat-lipat pada bulan.

Ibnu ’Abbas mengatakan;

”Allah mengususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya lebih besar dan amalan salih yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak” (Latho-if Al Ma’arif, 207).

Secara khusus tidak ada amalan-amalan khusus pada bulan-bulan haram ini namun amal salih yang biasanya dilakukan lebih maksimal. Salah satunya salat fardhu berjemaah kontinyu di masjid.

Apabila sebelumnya salat berjemaah sudah terjaga dengan baik maka usahakan bisa berada pada shaf (barisan) pertama. Jika sudah terbiasa di shaf pertama, maka usahakan hadir di masjid sebelum azan berkumandang.

Selain salat fardhu ada salat sunah, yakni salat sunah qabliyah (sebelum) salat fardhu atau salat sunah bakdiyah (sesudah) salat fardhu.

Termasuk juga menjaga salat tahajud dan witirnya pada sepertiga malam terakhir. Jika sudah terjaga rutinkan dengan salat dhuha.

Membaca (tadarus) Alquran. Al Quran merupakan sarana dan ladang pahala yang mudah. Maka selama bulan Muharram perbanyaklah membaca Alquran.

Tidak terlewatkan amalan selama bulan Muharram adalah memperbaiki hubungan dengan sesama manusia. Baik itu hubungan dalam darah (kekerabatan) dan tetangga kita di sekitarnya.

Ingat, saat kita berada jauh dari keluarga atau sanak famili, keluarga yang paling dekat adalah tetangga di sebelah rumah kita. Perbaiki hubungan dengan tetangga di sebelah rumah kita dengan memberikan hadiah.

Insya Allah dengan cara berbagi hadiah (makanan, kue, atau selainnya) dapat menumbuhkan rasa saling asah, asih, dan asuh dengan tetangga. Sehingga keharmonisan dalam bermasyarakat menjadi baik dan terjaga.

Mengenai harta benda Allah Azza Wa Jalla sudah mewanti-wanti supaya kita tidak boleh pelit (kedekut/cethil) atau rakus dalam masalah harta dunia. Allah mengingatkan kita dalam Alquran;

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu. Lalu dia (menyesal) berkata: “Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan kematianku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang salih” (QS. Al Munafiqun 10).

Maksud dari ayat ini adalah penyesalan orang-orang yang sudah diwafatkan Allah di alam kubur (barzakh). Setiap orang yang melalaikan kewajiban pasti akan menyesal saat meregang nyawanya.

Mereka meminta agar usianya diperpanjang sebentar sekali pun walau hanya sebentar untuk bertobat dan melakukan amal-amal yang sudah dilewatkannya. Tetapi alangkah mustahilnya jika kematian sudah mendekapnya.

Masing-masing orang akan menyesali kelalaiannya selama hidup di dunia. Adapun balasan terhadap orang-orang kafir, keadaan mereka sangat menyesal sebagaimana yang disebutkan Allah;

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ | لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ 

“Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia agar aku dapat berbuat amal yang salih terhadap yang telah aku tinggalkan. Lalu Allah berfirman: Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan” (QS. Al Mu’minun 99-100).

Oleh sebab itu, mari kita terus memperbaiki diri, memperbaiki lisan, memperbaiki hati, dan memperbaiki amal salih sebelum ajal menjemput.

Semoga Allah Azza Wa Jalla memudahkan kita beramal di bulan haram (Muharram) ini dan Allah selalu menjaga hati, lisan, dan perbuatan kita dari hal-hal yang tidak diridhai-Nya. Aamiiin.

Tags: