Iblis, jin, dan setan merupakan makhluk gaib yang beda tipis hakikatnya. Eksistensi makhluk ini diakui dalam Islam sejak zaman Nabi Adam ‘Alaihis Salam.
Allah Subhanahu Wa Ta 'Ala telah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menjelaskan keberadaan iblis, jin, dan setan.
Allah Subhanahu Wa Ta' Ala berfirman:
قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيْعًا
“Katakanlah: `Wahai manusia, sesungguhnya aku (Muhammad) adalah utusan Allah kepadamu semua” (QS. Al A’raf 158)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda:
وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً
“Adalah para nabi itu diutus kepada kaumnya, sedangkan aku diutus kepada seluruh manusia” (HR. Bukhari dan Muslim)
Firman Allah:
وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا ۖ فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَىٰ قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ
“Dan ingatlah ketika Kami hadapkan sekumpulan jin kepadamu yang mendengarkan Alquran. Maka ketika mereka menghadiri pembacaannya lalu mereka berkata: `Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)’. Ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan” (QS. Al Ahqaf 29)
Penciptaan Jin
Tidak ada seorang pun dari golongan umat Islam yang mengingkari keberadaan jin. Hampir mayoritas meyakini keberadaannya. Ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nashrani juga mengakui eksistensinya sebagaimana pengakuan kaum muslimin.
Kaum jin merupakan makhluk hidup yang usianya di atas rata-rata usia manusia. Mereka berakal dan melakukan segala sesuatu dengan kehendak. Jin juga dibebani perintah dan larangan, hanya saja mereka tidak memiliki sifat dan tabiat seperti yang ada pada manusia atau selainnya.
Jin lebih dahulu diciptakan daripada manusia sebagaimana dikabarkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam firman-Nya:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا اْلإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُوْنٍ. وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُوْمِ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas” (QS. Al Hijr 26-27)
Oleh sebab jin lebih dulu ada (hadir), maka Allah mendahulukan penyebutannya daripada manusia. Mereka diperintah Allah untuk beribadah seperti halnya manusia. Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. Adz Dzariyat 56)
Iblis, Jin, dan Setan
Iblis, jin, dan setan seringkali disebut-sebut oleh manusia. Alquran berulangkali menjelaskan dalam Alquran tentang keberadaan iblis, jin, dan setan. Dengan demikian, mereka tidak boleh diragukan keberadaannya, sebab Alquran, hadis, dan ijma’ para ulama sudah menjelaskan dengan terang.
Tinggal persoalannya, apakah iblis, jin, dan setan itu tiga makhluk yang berbeda dengan penciptaan yang berbeda juga? Ataukah mereka itu bermula dari satu bentuk dengan sifat dan hakikat yang berbeda? Yang pasti, Allah Subhanahu Wa Ta 'Ala telah menerangkan asal-muasal penciptaan jin dengan firman-Nya:
وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُوْمِ
“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas” (QS. Al Hijr 27)
Juga firman-Nya:
وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ
“Dan Dia (Allah) menciptakan jin dari nyala api” (QS. Ar Rahman 15)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda:
خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُوْرٍ وَخُلِقَتِ الْجَانُّ مِنْ مَّارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
“Para malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan kepada kalian” (HR. Muslim No. 2996).
Adapun tentang Iblis, maka Allah Subhanahu Wa Ta 'Ala berfirman tentangnya:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيْسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin…” (QS. Al Kahfi 50)
Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa iblis mengkhianati asal penciptaannya. Sesungguhnya iblis diciptakan dari nyala api sedangkan malaikat diciptakan Allah dari cahaya. Maka Allah Subhanahu Wa Ta 'Ala mengingatkan bahwa iblis itu berasal dari kalangan jin, dalam artian dia diciptakan dari api.
Al Hasan Al Bashri berkata iIblis tidak termasuk malaikat sedikit pun. Iblis merupakan asal mula jin, sebagaimana Adam sebagai asal mula manusia (tafsir Alquranul ’Azhim 3/94). Asy Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menyebutkan iblis adalah abul jin atau bapaknya para jin (tafsir Al Karim Ar Rahman, halaman 406 dan 793)
Sedangkan setan adalah kalangan para jin yang durhaka. Jin itu meliputi setan, namun ada juga yang shaleh. Setan diciptakan untuk memalingkan manusia dan menyesatkannya. Adapun yang shaleh, mereka berpegang teguh dengan agamanya, melakukan salat sebatas yang mereka ketahui ilmunya. Hanya saja mayoritas jin itu bodoh.
Siapa Iblis?
Ada perbedaan pendapat dalam hal asal-usul iblis. Apakah berasal dari malaikat atau dari jin. Pendapat pertama menyatakan bahwa iblis berasal dari jenis jin. Ini adalah pendapat Al Hasan Al Bashri. Iblis tidak pernah menjadi golongan malaikat sekejap mata pun sama sekali. Dan dia benar-benar asal-usul jin, sebagaimana Adam adalah asal-usul manusia (Ibnu Jarir dalam tafsir surat Al Kahfi ayat 50).
Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Katsir, Al Jashshash dalam kitabnya Ahkamul Qur‘an (3/215), dan Asy Syinqithi dalam kitabnya Adhwa`ul Bayan (4/120). Penjelasan tentang dalil pendapat ini beliau sebutkan dalam kitab tersebut.
Sederhananya, dapat disimpulkan sebagai berikut;
1. Kema’shuman malaikat dari perbuatan kufur yang dilakukan iblis, sebagaimana firman Allah
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At Tahrim 6)
لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
“Mereka (malaikat) itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya” (QS. Al Anbiya` 27)
2. Surat Al Kahfi 50
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ ۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ ۚ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim” (QS. Al Kahfi 50).
Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa iblis dari jin dan bukanlah dari golongan malaikat. Adapun pendapat kedua yang menyatakan bahwa iblis dari malaikat, menurut Al Qurthubi, adalah pendapat jumhur ulama termasuk Ibnu ‘Abbas Radhiallahu 'Anhuma. Alasannya adalah firman Allah:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis; dia enggan dan takabur dan adalah dia termasuk golongan orang-orang yang kafir” (QS. Al Baqarah 34).
Adapun pendapat kedua sesuai dengan surat Al Baqarah ayat 34 sebenarnya ayat tersebut tidak menunjukkan bahwa iblis dari malaikat. Sebab susunan kalimat tersebut adalah susunan istitsna` munqathi’ yaitu yang dikecualikan tidaklah termasuk jenis yang disebutkan.
Siapakah Setan?
Setan atau Syaithan (شَيْطَانٌ) dalam bahasa Arab diambil dari kata (شَطَنَ) yang berarti jauh. Ada pula yang mengatakan bahwa itu dari kata (شَاطَ) yang berarti terbakar atau batal. Pendapat yang pertama lebih kuat menurut Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir, sehingga kata Syaithan artinya yang jauh dari kebenaran atau dari rahmat Allah Subhanahu Wa Ta 'Ala (Al Misbahul Munir, hal. 313).
Ibnu Jarir menyatakan, syaithan dalam bahasa Arab adalah setiap yang durhaka dari jin, manusia atau hewan, atau dari segala sesuatu. Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ اْلإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan dari jenis manusia dan dari jenis jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu manusia” (QS. Al An’am 112).
Dalam ayat ini Allah menjadikan setan dari jenis manusia, seperti halnya setan dari jenis jin. Dan hanyalah setiap yang durhaka disebut setan, karena akhlak dan perbuatannya menyelisihi akhlak dan perbuatan makhluk yang sejenisnya, dan karena jauhnya dari kebaikan (tafsir Ibnu Jarir 1/49).
Ibnu Katsir menyatakan bahwa setan adalah semua yang keluar dari tabiat jenisnya dengan kejelekan (Ibnu Katsir, 2/127). Al Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar Radhiallahu 'Anhu, dia berkata: Aku datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan beliau berada di masjid. Aku pun duduk.
Dan beliau menyatakan: ‘Wahai Abu Dzar apakah kamu sudah salat?’ Aku jawab: ‘Belum’. Beliau mengatakan: ‘Bangkit dan salatlah’. Akupun bangkit dan salat, lalu aku duduk. Beliau berkata: ‘Wahai Abu Dzar, berlindunglah kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan jin’. Abu Dzar berkata: ‘Wahai rasulullah, apakah di kalangan manusia ada setan?’ Beliau menjawab: ‘Ya’.
Yang mendukung pendapat ini juga hadis Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dalam riwayat Muslim:
الْكَلْبُ اْلأَسْوَدُ شَيْطَانٌ
“Anjing hitam adalah setan’
Ibnu Katsir menyatakan: “Maknanya -wallahu a’lam- yaitu setan dari jenis anjing” (tafsir Ibnu Katsir 2/173). Ketika membicarakan tentang setan maka tekadnya adalah untuk menyesatkan manusia, Allah Subhanahu Wa Ta 'Ala berfirman:
قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ. قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِيْنَ. قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَ. ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِيْنَ
“Iblis menjawab: ‘Beri tangguhlah aku sampai waktu mereka dibangkitkan’, Allah berfirman: ‘Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh’. Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukumiku tersesat, aku benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka. Dan engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat” (QS. Al A’raf 14-17)
Setan adalah turunan Iblis, sebagaimana firman Allah:
أَفَتَتَّخِذُوْنَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِيْنَ بَدَلاً
“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim” (QS. Al Kahfi 50).
Turunan-turunan iblis yang dimaksud dalam ayat ini adalah setan-setan (tafsir Al Karim Ar Rahman hal. 453)
Gambaran Tentang Jin
Al jinnu berasal dari kata janna syai`un yajunnuhu yang bermakna satarahu (menutupi sesuatu). Maka segala sesuatu yang tertutup berarti tersembunyi. Jadi, jin itu disebut dengan jin karena keadaannya yang tersembunyi (gaib) atau tidak bisa dilihat oleh mata nyalang kecuali atas izin dan kehendak Allah kepada golongan tertentu.
Jin memiliki ruh dan jasad. Dalam hal ini mereka dapat berubah-ubah bentuk dan menyerupai sosok tertentu dan bisa masuk dari tempat mana pun. Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam memerintahkan kepada kita agar menutup pintu-pintu sembari beliau mengatakan: ‘Sesungguhnya setan tidak dapat membuka yang tertutup’. Beliau memerintahkan agar kita menutup bejana-bejana dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta 'Ala atasnya.
Demikian juga bila seseorang masuk ke dalam rumahnya kemudian membaca bismillah, maka setan mengatakan: ‘Tidak ada kesempatan menginap’. Jika seseorang makan dan mengucapkan bismillah, maka setan berkata: ‘Tidak ada kesempatan menginap dan bersantap malam’.
Jin bisa berwujud manusia atau binatang. Bisa berupa ular atau kalajengking, bisa juga berwujud unta, sapi, kambing, kuda, bighal, keledai, dan juga burung. Serta juga bisa berwujud seperti Bani Adam sebagaimana ketika setan mendatangi kaum musyrikin dalam bentuk Suraqah bin Malik saat mereka akan menuju Badr.
Mereka dapat berubah-ubah dalam bentuk yang banyak, seperti anjing hitam atau juga kucing hitam atau yang lainnya. Karena warna hitam itu lebih signifikan, setan mempunyai kekuatan panas (Idhahu Ad Dilalah hal. 19 dan 23).
Sedangkan golongan jin memiliki tempat tinggal yang berbeda-beda. Jin yang shaleh bertempat tinggal di masjid dan tempat-tempat yang baik. Sedangkan jin yang jahat dan merusak, mereka tinggal di kamar mandi dan tempat-tempat yang kotor.
Tulang dan kotoran hewan adalah makanan jin. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam berkata kepada Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu:
ابْغِنِي أَحْجَارًا أَسْتَنْفِضْ بِهَا وَلاَ تَأْتِنِي بِعَظْمٍ وَلاَ بِرَوْثَةٍ. فَأَتَيْتُهُ بِأَحْجَارٍ أَحْمَلُهَا فِي طَرَفِ ثَوْبِي حَتَّى وَضَعْتُهَا إِلَى جَنْبِهِ ثُمَّ انْصَرَفْتُ حَتَّى إِذَا فَرَغَ مَشَيْتُ فَقُلْتُ: مَا بَالُ الْعَظْمِ وَالرَّوْثَةِ؟ قَالَ: هُمَا مِنْ طَعَامِ الْجِنِّ وَإِنَّهُ أَتَانِي وَفْدُ جِنِّ نَصِيْبِيْنَ وَنِعْمَ الْجِنُّ فَسَأَلُوْنِي الزَّادَ فَدَعَوْتُ اللهَ لَهُمْ أَنْ لاَ يَمُرُّوا بِعَظْمٍ وَلاَ بِرَوْثَةٍ إِلاَّ وَجَدُوا عَلَيْهَا طَعَامًا
“Carikan beberapa buah batu untuk kugunakan bersuci dan janganlah engkau carikan tulang dan kotoran hewan”. Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu berkata: “Aku pun membawakan untuknya beberapa buah batu dan kusimpan di sampingnya. Lalu aku menjauh hingga beliau menyelesaikan hajatnya”.
Aku bertanya: “Ada apa dengan tulang dan kotoran hewan?” Beliau (nabi) menjawab: “Keduanya termasuk makanan jin. Aku pernah didatangi rombongan utusan jin dari Nashibin, dan mereka adalah sebaik-baik golongan jin. Mereka meminta bekal kepadaku. Maka aku berdoa kepada Allah untuk mereka agar tidaklah mereka melewati tulang dan kotoran melainkan mereka mendapatkan makanan” (HR. Bukhari No. 3860).
Gambaran Iblis dan Setan
Iblis adalah wazan dari fi’il, diambil dari asal kata al iblaas yang bermakna at tai`as (putus asa) dari rahmat Allah Subhanahu Wa Ta 'Ala. Mereka adalah musuh nomor satu bagi manusia, musuh bagi Adam dan keturunannya.
Dengan kesombongan dan analoginya yang rusak serta kedustaannya, iblis dan setan berani menentang perintah Allah Subhanahu Wa Ta 'Ala, yakni saat diperintah Allah untuk sujud kepada Adam, iblis enggan bersujud dan justru membangkang.
Allah Subhanahu Wa Ta 'Ala berfirman:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيْسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِيْنَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Ia enggan dan takabur, dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir” (QS. Al Baqarah 34)
Dengan analoginya yang sangat menyesatkan, Iblis pun menjawab (membantah) perintah Allah:
قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِيْنٍ
“Aku (iblis) lebih baik darinya (Adam): Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah” (QS. Al A’raf 12).
Analogi atau qiyas iblis ini adalah qiyas yang paling rusak. Qiyas ini adalah qiyas batil karena bertentangan dengan perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang menyuruhnya untuk sujud. Sedangkan qiyas jika berlawanan dengan nash maka ia menjadi batil.
Sebab maksud dari qiyas itu adalah menetapkan hukum yang tidak ada padanya nash, mendekatkan sejumlah perkara kepada yang ada nashnya, sehingga keberadaannya menjadi pengikut bagi nash. Bila qiyas itu berlawanan dengan nash dan tetap digunakan atau diakui, maka konsekuensinya akan menggugurkan nash.
Sumpah mereka (iblis) untuk menggoda Bani Adam terus berlangsung sampai hari kiamat setelah mereka berhasil menggoda Abul Basyar (bapak manusia). Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengingatkan kita dengan firman-Nya:
يَابَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِيْنَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِيْنَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga. Ia menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya dia dan pengikut-pengikutnya (iblis dan setan) melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman” (QS. Al A’raf 27).
Oleh sebab setan adalah musuh umat Islam, maka kita diperintahkan untuk menjadi musuh setan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُوْنُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيْرِ
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu, karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS. Fathir 6).
Allah Subhanahu Wa Ta 'Ala berfirman:
أَفَتَتَّخِذُوْنَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِيْنَ بَدَلاً
“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain-Ku, sedangkan mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim” (QS. Al Kahfi 50). Semoga kita terlindung dari godaan-godaan iblis, jin, dan setan. Wallahu Ta ‘Ala A’lam.