Nonmedis

Sekali Sentuh Jin Gila Langsung Luluh

Sekali Sentuh Jin Gila Langsung Luluh

Mengamuk dan tidak sadar akan keberadaan dirinya menimpa salah seorang pasien di Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu. Sebutlah Afsheen Myesha (nama samaran).

Sebelum dirawat di Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat (RSJKO) Soeprapto Jalan Bhakti Husada Lingkar Barat Kota Bengkulu bulan Mei 2015, Afsheen Myesha sehat dan tidak mengalami gangguan jiwa.

Namun setelah berjumpa salah seorang temannya di Jakarta, Afsheen Myesha terganggu kejiwaannya. Beberapa kali Afsheen Myesha mengalami halusinasi, emosi, dan depresi.

Dia sering marah dan mengamuk kepada orang terdekatnya. Kadang-kadang dia menelepon orang-orang yang dikenalnya lalu dimarah-marahi. Kejadian tidak wajar dilakukan Afsheen Myesha selama beberapa hari di Jakarta.

Oleh karena tindakannya meresahkan, suaminya memulangkan Afsheen Myesha ke tanah kelahirannya di Kota Bengkulu. Sebelum dipulangkan, kala di Jakarta, suaminya pernah meminta tolong seorang tabib.

Namun, Allah belum berkehendak menyembuhkannya. Kondisi Afsheen Myesha justru semakin parah. Khawatir keadaan Afsheen Myesha berlarut-larut, akhirnya keluarga membawa Afsheen ke rumah sakit jiwa untuk penanganan lebih lanjut.

Selama dirawat, tindakan Afsheen Myesha di luar kendali. Menurut keluarga besarnya, perangai Afsheen Myesha tidak pernah seperti itu. Keluarga juga menceritakan bahwa dari nenek moyang atau keturunan belum pernah mengalami gangguan seperti itu.

Tentu saja penyakit Afsheen Myesha membuat keluarga khawatir. Saat dirawat di RSJKO Kota Bengkulu, salah satu keluarganya mengisahkan Afsheen Myesha sering marah dan menceramahi para penghuni RSJKO. Dokter dan perawat juga menjadi sasaran perilaku ganjilnya.

“Pagi setelah azan Subuh, dia (Afsheen Myesha) sering mengetuk pintu penghuni kamar RSJKO lainnya untuk dibangunkan salat. Semua penghuni RSJKO dibangunkannya. Kalau belum bangun, dia terus mengetuk pintu berulang-ulang,” ujar salah satu kerabatnya waktu itu.

Ada juga tindakan aneh lain yang pernah dilakukannya selama di RSJKO. Ketika Afsheen Myesha berjumpa dengan dokter dan perawat yang mengenakan jam tangan di tangan kirinya langsung diceramahi. Katanya, tidak boleh mengenakan jam di tangan kiri.

“Dokter, tidak baik kalian memakai jam tangan di tangan kiri. Harus dipakai di tangan kanan. Ayo dipindah ke tangan kanan jamnya,” ucap salah satu keluarga saat menirukan perangai Afsheen Myesha yang tidak wajar.

Mengingat Afsheen Myesha dalam keadaan seperti itu, para dokter sangat memaklumi dan menuruti perintah Afsheen Myesha. Dokter yang sedang bertugas kala itu hanya tersenyum-senyum menanggapi perangai Afsheen Myesha.

Selama dua minggu Afsheen Myesha mengalami keganjilan, suaminyapun berupaya mencari pengobatan. Alhamdulillah pada tanggal 8 Mei 2015, suami Afsheen Myesha menghubungi saya.

Saat itu saya sedang berada di Depok Jawa Barat. Setelah melakukan diskusi atas persoalan yang menimpa istrinya, suami Afsheen Myesha akhirnya meminta saya untuk datang ke RSJKO di Kota Bengkulu.

Bismillah, Sabtu (9/5/2015) pagi kami berdua berangkat ke Kota Bengkulu dengan pesawat paling pagi, Citilink. Selama di Bandara Soetta, suami Afsheen Myesha menceritakan perangai istrinya yang di luar kewajaran dan kebiasaan.

Mendengar penuturan suami Afsheen Myesha, saya trenyuh. Saya yakinkan kepada suami Afsheen Myesha agar tetap sabar dan berusaha mencari pengobatan yang berdasarkan syariat Islam.   

Saya sampaikan ayat kepada suami Afsheen Myesha yang artinya; “Dan apabila aku sakit, maka Dia (Allah) yang sembuhkan aku” (QS. Asy Syuara: 80). Begitu juga dengan ayat yang lain; “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al Baqarah: 286).

Alhamdulillah, diberikan pemahaman seperti itu suami Afsheen Myesha optimis dan bersemangat untuk mengobati istrinya yang tercinta. Saya menekankan bahwa yang memberikan kesembuhan dan obat bukan saya, melainkan Allah Azza Wajalla.

Tiba di RSJKO Soeprapto sekitar pukul 9.30 WIB. Paman Afsheen Myesha menjemput kami berdua di Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu pakai Kijang kapsul. Sampai di RSJKO, kemudian saya dikenalkan kepada seluruh keluarga Afsheen Myesha yang sudah menunggunya.

Hampir 30 menit saya berada di depan kamar RSJKO untuk berkenalan dan berdiskusi dengan keluarganya. Afsheen Myesha masih belum terlihat. Tidak lama kemudian Afsheen Myesha keluar dari kamarnya. Wajahnya terlihat kusut dan sayu.

Jika saya perhatikan sekilas, di bawah matanya ada cekungan hitam (suf’ah). Sebagaimana Rasulullah bersabda; “Kebanyakan orang yang meninggal dari umatku setelah qadha’ dan qadar Allah karena sebab ‘ain (mata)” (HR. Ibnu Hajar).

Pada hadis lain, Rasulullah bersabda; ‘Ain boleh menyebabkan seseorang masuk kubur (meninggal) dan boleh menyebabkan seekor unta masuk kuali (tungku) (HR. Bukhari).

Dalam riwayat yang lain juga dikatakan: “Penyakit ‘ain (kena mata) adalah benar, disertai syaitan dan hasad anak Adam” (HR. Bukhari). Penjelasan hadis ini menunjukkan bahwa pada setiap orang ada syaitan-syaitan dari bangsa jin yang selalu mengawasi untuk menyakitinya.

Demikian juga setiap orang boleh menjadi sasaran hasad sehingga tidak ada seorang pun yang selamat dari ‘ain kecuali orang yang Allah melindunginya.

 “Hasad adalah salah satu penyakit di antara penyakit-penyakit hati. Penyakit ini umum, yang mana tiada orang selamat darinya kecuali sedikit di antara manusia, sehingga dikatakan;

“Tidak ada jasad yang lepas dari penyakit hasad, akan tetapi seorang pencela menampakkannya sedangkan seorang mulia menyembunyikannya”.

Hasan Bashri pernah ditanya akan hal ini; “Apakah seorang mukmin memiliki penyakit hasad?” Dia menjawab; “Apakah kamu lupa dengan saudara-saudara Yusuf?

"Akan tetapi tahanlah hasad tersebut di dalam dadamu, sesungguhnya hasad tersebut tidak akan memudharatkanmu selama kamu tidak menampakkannya dengan tanganmu atau lisanmu” (kitab As Suluk).

Ibnu Hajar juga berkata dalam menjelaskan hadis ‘penyakit ‘ain (kena mata) adalah benar. Hal ini kadang membingungkan sebagian manusia, mereka berkata, ‘Bagaimana ‘ain bekerja dari jauh sehingga bisa memudharatkan orang yang dilihat’.

Banyak orang yang menderita sakit dan kekuatan tubuhnya melemah hanya karena sebab dipandang, semua ini karena apa yang Allah ciptakan di dalam ruh (ruh setan) dari pengaruh dan karena sangat besarnya keterkaitannya dengan mata, maka dinasabkan kepada mata.

Sebenarnya yang memengaruhi bukan mata akan tetapi pengaruhnya dari ruh. Pandangan yang keluar dari mata orang yang melihat adalah anak panah secara maknawi, apabila mengenai badan orang yang tidak ada pelindungnya akan memengaruhinya.

Jika ada pelindungnya, anak panah tersebut tidak bisa menembus bahkan dikembalikan kepada pemiliknya sebagaimana anak panah sebenarnya (Fathul Bari 10/212).

Tidak hanya manusia saja yang dapat menderita penyakit ‘ain, bahkan jin dan syaitan juga dapat memengaruhi manusia dengan ‘ain yang mereka miliki. Ini sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudri ra, ia berkata;

“Rasulullah pernah meruqyah memohon perlindungan dari mata jin kemudian dari mata manusia, kemudian setelah turun surat Al Falaq dan An Naas. Rasulullah mengambil dua surat ini dan meninggalkan selain itu” (HR. Turmudzi 2059).

Juga diriwayatkan dari Ummu Salamah ra bahwa; “Nabi melihat seorang anak wanita di rumahnya (di rumah anak tersebut) di wajahnya ada cekungan hitam (suf’ah) lalu Nabi Muhammad bersabda; “Bacakanlah ruqyah kepadanya karena pada dirinya ada pandangan (‘ain)” (HR. Bukhari (10/171) dan Muslim (2197).

Al Farra’ berkata; Suf’ah merupakan pandangan dari jin. Dari hadis di atas sangat nyata bahwa mata kedengkian juga terjadi dari jin sebagaimana terjadi dari manusia hingga dapat mengakibatkan kita sakit, celaka, dan kebinasaan.

Oleh sebab itu, setiap muslim harus meruqyah dirinya dengan menyebut nama Allah ketika melepas pakaiannya atau memandang cermin atau ketika melakukan pekerjaan apa saja untuk menolak gangguan jin terhadap dirinya baik berupa mata kedengkian ataupun lainnya.      

Tidak lama kemudian suami Afsheen Myesha meminta izin perawat dan dokter jiwa untuk keluar dari rumah sakit. Langkah ini saya sarankan sebelumnya. Sebab jika diobati di lingkungan RSJKO tentu akan menjadi persepsi yang lain.

Alhamdulillah, pukul 11.00 WIB kami dan seluruh keluarga Afsheen Myesha izin selama tiga jam. Alasannya untuk jalan-jalan. Tidak jauh dari RSJKO, kami singgah di salah satu kerabat Afsheen Myesha. Jarak rumah dengan RSJKO sekira 4 kilometer.

Sampai di rumah saudaranya itu, keluarga besar Afsheen Myesha sudah berkumpul. Lalu saya diminta memberikan penjelasan mengenai terapi dan teknik pengobatannya. Selama 15 menit diterangkan, akhirnya keluarga paham dan yakin akan kekuatan hijamah dan ruqyah.

Di tengah-tengah keluarganya Afsheen Myesha diobati. Mereka menyaksikan dengan seksama. Selama proses pengobatan, pada pundak bagian kiri atas Afsheen Myesha bergetar sangat hebat. Kejadian ini berlangsung beberapa kali.

Suami Afsheen Myesha terheran-heran melihat kondisi tersebut. Usai diterapi, saya melanjutkan dengan ruqyah. Pada saat dibacakan surat Al Falaq, Afsheen Myesha tiba-tiba menangis. Hanya saja menangisnya tidak mengeluarkan air mata.

Dalam kondisi yang seperti itu, saya mencoba mensyahadatkan Afsheen Myesha. Alhamdulillah dia bersyahadat. Tidak lama kemudian Afsheen Myesha sadar. Setelah terlihat normal dan tanda cekungan mata (suf’ah) tidak ada, saya mencoba bertanya-tanya kepada Afsheen Myesha.

“Apakah Afsheen Myesha masih ingat dengan kejadian marah-marah di RSJKO kemarin?” tanya saya. Dia malah menjawab; “Lho, kapan saya marah? Saya bukan pemarah dan bukan tipe seperti itu,” ujar Afsheen Myesha menjawab pertanyaan saya.

Lalu saya tanya lagi; “Apakah Afsheen Myesha masih ingat memberikan ceramah kepada para penghuni RSJKO dan dokter beberapa hari yang lalu?” Jawab Afsheen Myesha; “Tidak. Saya tidak pernah melakukan itu,” sahutnya.

Alhamdulillah. Berarti Afsheen Myesha sudah normal 100 persen. Artinya pengaruh sihir dan gangguan jin sudah lenyap. Allah sembuhkan Afsheen Myesha melalui perantaraan saya.

Usai diterapi, Afsheen Myesha dan keluarga kembali ke rumah sakit. Saya diminta suaminya untuk berjaga juga. Saya berjaga di luar ruangan alias di teras rumah sakit. Sebab dari penuturan keluarga, Afsheen Myesha sering kumat pada malam hari mulai pukul 23.00 WIB.

Saya tunggu sampai dini hari, Afsheen Myesha dan suaminya tidur pulas di dalam kamar. Rumah sakit mulai sepi dan hening. Lalu pukul 00.30 WIB saya putuskan mencari hotel di sekitar rumah sakit.

Alhamdulillah berkat bantuan salah seorang satpam RSJKO, saya diantar ke hotel Latansa di Jalan Tribrata Nomor 2 Cempaka Permai Kota Bengkulu. Alhamdulillah sampai esok harinya tidak ada lagi gangguan yang menimpa Afsheen Myesha.

Tags: