Setiap penciptaan yang dikehendaki Allah di langit maupun di bumi diyakini mengandung hikmah dan keutamaan tersendiri. Misalnya Allah Subhanahu Wata ‘Ala memilih Makkah Al Mukaramah sebagai tempat bangunan Ka’bah.
Dengan demikian, Ka’bah ditetapkan sebagai kiblat kaum muslimin di seluruh dunia. Sehingga wajib bagi umat Islam untuk salat menghadap Ka’bah di mana saja berada.
Begitu juga dengan Ramadan yang dipilih Allah sebagai bulan yang penuh kemuliaan dan keutamaan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan selainnya.
Jika ditelusuri, yang telah terjadi di bulan Ramadan niscaya akan dijumpai bahwa telah terjadi banyak peristiwa penting di dalamnya. Beribadah dan beramal saleh di dalam bulan Ramadan memiliki penilaian yang istimewa dari Allah.
Peristiwa-peristiwa penting dan keutamaan beramal dalam bulan Ramadan antara lain; bulan yang dipilih oleh Allah untuk menurunkan permulaan Al Qur’an. Penurunan Al Qur’an menjadi petunjuk dan pembeda antara yang hak dan yang batil.
“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu supaya kamu bersyukur” (QS. Al Baqarah 185).
Dalam bulan Ramadan, Al Qur’an diturunkan sebagaimana dalam surat Al Furqan ayat 1 yang artinya:
“Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Furqan (Al Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”. Selain itu, ada sebuah malam kemuliaan, yakni malam yang lebih baik dari 1.000 bulan.
Malam ini dikenal dengan sebutan “Lailatul Qadar”. Sebagaimana penjelasan dari surat Al Qadar 1-5 yang artinya;
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.
Pada Ramadan dipilih Allah untuk perang Badar Al Qubra. Yakni perang yang pertama sejak pengangkatan Nabi Muhammad Shalallahu ’Alaihi Wa Sallam menjadi rasul yang terakhir dan dimenangkannya kaum muslimin.
Dalam peristiwa ini keruntuhan kekuasaan musyirikin sudah terlihat jelas. Dalam sejarah Islam, pertempuran Al Badar merupakan pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya.
Perang ini terjadi pada tanggal 13 Maret 624 Masehi atau tanggal 17 Ramadan tahun 2 Hijriah. Lokasi peperangan di kota Badar, jaraknya 80 mil sebelah barat daya kota Madinah al Munawarah.
Maka dari itu, bulan Ramadan dipilih Allah untuk kaum muslimin di seluruh dunia agar umat Islam menunaikan ibadah shiyam (puasa). Tujuannya memperoleh derajat takwa sebagaimana perintah Allah dalam surat Al Baqarah ayat 183;
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Maka dari itu, pada bulan Ramadan umat Islam harus berlomba-lomba untuk beraktifitas yang baik. Tentunya dalam urusan ibadah dan amal saleh lainnya.
Beberapa riwayat hadis menunjukkan keutamaan beribadah dan beramal saleh dalam Ramadan, antara lain;
a. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ’Alaihi Wa Sallam bersabda yang artinya: “Jika tiba bulan puasa terbuka semua pintu langit dan tertutup pintu-pintu neraka jahannam dan dirantai setan”
b. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa: “Adalah Rasulullah lebih pemurah kepada semua orang, lebih-lebih jika bulan Ramadan, di mana Rasulullah selalu dihubungi oleh Jibril dan hampir setiap malam Jibril datang untuk tadarrus Al Qur’an. Dan Rasulullah jika bertemu dengan Jibril, maka dia lebih pemurah lagi melebihi dari angin yang berhembus”
c. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis dari Aisyah bahwa: “Bahwasanya rasulullah beri’tikaf pada sepuluh hari yang terakhir bulan Ramadan sampai diwafatkan oleh Allah”
d. Imam Muslim meriwayatkan hadis Qudsi dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda: “Semua amal anak Adam berlipat ganda (pahalanya), setiap kebaikan 10 kali lipat hingga 700 kali lipat. Kecuali puasa, maka hanya Aku sendiri yang membalasanya karena ia meninggalkan syahwat dan minum-minumannya semata-mata untuk-Ku”
Di samping itu, bulan Ramadan yang sangat agung (syahrun ‘azhom) ini, selayaknya menjadi saat-saat paling tepat bagi umat Islam untuk berfikir dan merenung kembali lebih dalam terhadap berbagai aktifitas yang telah dilakukannya.
Ramadan adalah bulan untuk saling tolong-menolong. Pada bulan ini umat Islam sangat dianjurkan untuk mengulurkan tangan kepada kepada golongan yang mengalami krisis ekonomi.
Mereka yang fakir miskin, yatim piatu, ibnu sabil dan orang-orang yang mengalami kesusahan atau terlilit utang. Pada bulan suci ini sikap kepedulian sosial kita diuji dan disadarkan bahwa di dalam harta kita terdapat hak bagi golongan ekonomi lemah.
Bulan Ramadan dikatakan pula sebagai bulan kesabaran (syahru al shabri). Dalam berpuasa di bulan Ramadan, kaum muslimin berlatih untuk bersabar untuk menahan penderitaan dengan tidak menikmati sebagian perkara yang diperbolehkan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut;
a. Bahwa bulan Ramadan telah dipilih oleh Allah untuk saat turun permulaan Al Qur’an, terjadinya perang Badar Al Kubra dan untuk menunaikan ibadah shiyam
b. Bulan Ramadan adalah bulan yang diharapkan kaum muslimin lebih mengintensifkan aktifitas-aktifitas ibadah di dalamnya. Seperti salat lail (tahajud), tarawih, tadarrus Al Qur’an, berinfak, beri’tikaf, dan amal kebaikan lainnya sebab beramal ibadah di dalamnya dilipatgandakan pahalanya
c. Ibadah shiyam (puasa) yang dilaksanakan karena iman dan mengharapkan pahala, maka pahalanya akan diserahkan oleh Allah kepada yang bersangkutan. Wallahu A’lam Bish Shawab.