Penderita migren terus meningkat. Terbanyak perempuan berusia 35-45 tahun terserang migren.
Keadaan migren sangat mengganggu belajar, bekerja dan aktivitas sehari-hari sehingga menurunkan kualitas hidup pasien.
Bekam basah adalah teknik pengobatan komplementer, telah menurunkan nyeri pada 66% pasien nyeri kepala.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh bekam basah terhadap kualitas hidup pasien migren.
Metode penelitian adalah quasi eksperimen, disain one group pre test and post test design.
Tempat penelitian adalah klinik bekam di wilayah Semarang Jawa Tengah.
Teknik pengambilan sampel consecutive sampling, hasil: rata-rata gangguan ADL pasien migren sebelum dilakukan bekam 73.40, termasuk migren berdampak parah pada ADL.
Hal ini menunjukkan kualitas hidup sosial humaniora buruk. Rata-rata gangguan ADL pasien migren 1 minggu setelah dilakukan bekam 52.67, termasuk migren berdampak ringan pada ADL.
Hal ini menunjukkan kualitas hidup sosial humaniora sedang. Simpulan penelitian ini ada pengaruh bekam basah terhadap kualitas hidup sosial humaniora pasien migren nilai p 0.000.
Penelitian ini merupakan lingkup penelitian kesehatan. Tujuan penelitian umum mengetahui pengaruh bekam basah terhadap kualitas hidup pasien migren.
Sedangkan tujuan khususnya adalah mendiskripsikan kualitas hidup sosial humaniora pasien migren sebelum dan satu minggu setelah dilakukan bekam basah.
Dan menganalisis pengaruh bekam basah terhadap kualitas hidup sosial humaniora pasien migren.
Penelitian terdahulu peneliti telah melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh bekam basah terhadap Activity Daily Living (ADL) pasien migren yang diharapkan berkontribusi terhadap penelitian ini.
Keutamaan penelitian ini yaitu migren kejadiannya mulai meningkat pada perempuan muda 15-24 tahun.
Kejadian terbanyak pada perempuan usia 35-45 tahun. (Stewart WF et.al, 2008). Usia tersebut adalah usia produktif baik produktif belajar ataupun produktif bekerja.
Migren sering mengganggu dikarenakan nyeri berdenyut, disertai mual, tidak nafsu makan, sensitif terhadap cahaya, suara dan bau-bauan.
Keadaan migren sangat mengganggu belajar, bekerja dan aktifitas sehari-hari, sehingga menurunkan kualitas hidup pasien.
Bekam basah adalah teknik pengobatan komplementer, telah menurunkan nyeri pada 66% pasien nyeri kepala. Cao H et al 2010 58 % pasien memilih bekam basah di antara metode bekam lainnya.
38,43 % pasien berobat karena kondisi nyeri. Survey awal di rumah bekam sinergi penggunaan terapi bekam basah diminati pasien yang datang, karena sugesti merasa nyaman setelah dibekam.
Survey Balai Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 prosentase penduduk yang menggunakan fasilitas rawat inap 2,35 %, berobat jalan 44,74%, menggunakan obat tradisional 24,24%.
Hal ini menunjukkan bahwa minat masyarakat Indonesia terhadap pengobatan di rumah (rawat jalan) dan pengobatan tradisional cukup tinggi.
Bila penelitian ini terbukti, maka dapat dijadikan rujukan bahwa bekam basah dapat dipilih menjadi terapi komplementer untuk pasien migren.
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Ahmadi A 2008 The Efficacy of Wet-Cupping in the Treatment of Tension and Migraine Headache, hasil bekam basah menunjukkan peningkatan gejala klinik yang relevan untuk tindakan utama pada pasien nyeri.
Tahun 2009 Khosro Farhadi The effectiveness of wet-cupping for nonspecific low back pain in Iran: A randomized controlled trial, dengan hasil penelitian pasien yang dilakukan bekam basah menunjukkan gejala klinik penurunan nyeri belakang yang signifikan setelah tiga bulan terapi.
Kontribusi penelitian ini pada ilmu keperawatan dan kesehatan adalah menambah referensi terapi komplementer bekam basah untuk penyembuhan pasien migren.
Kontribusi yang berdampak nasional adalah peningkatan meningkatkan kualitas hidup pasien yang berdampak pada produktifitas kerja migren.
Dampak secara tidak langsung adalah peningkatan ekonomi pasien migren karena produktifitas kerjanya meningkat dan biaya perawatan menurun.
Pendekatan kritis dan konseptual yang peneliti gunakan adalah beberapa faktor predisposisi menyebabkan hipereksitasi korteks serebri abnormal yang menstrimulus cortical spreading depression.
Gangguan distribusi ion intravaskuler dan ekstravaskuler menyebabkan penurunan aliran darah dan menyebabkan aktivasi sistem trigeminovaskular.
Mediator vasoaktif dan neurotransmitter, serta nosiceptor disekresi sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah kranial, inflamasi serebral, aktivasi sensitisasi perifer dan sensitisasi sentral.
Hal tersebutlah yang menyebabkan migren. Bekam basah diharapkan dapat mengendalikan proses pelepasan mediator vasoaktif (NO, TNFa, VEGF), neurotransmitter, nosiceptor (serotonin, endorprin, prostaglandin), neurogenic inflamation, sensitisasi perifer (ATP, ion K, NGF) dan sensitisasi sentral (NMDA, AMPA) sehingga tidak terjadi migren.
Mekanisme lain gate control theory terjadi karena hisapan bekam dan sayatan dapat menyibukkan saraf yang mentransmisikan sinyal rasa nyeri ke otak sehingga pasien tidak merasakan nyeri lagi.
Isapan dan sayatan bekam dapat menstimulus pengeluaran endorfin, enkefalin yang berperan mengurangi sensitivitas nyeri. (Theoharides, 2006 & Sharaf AR, 2012).
Nyeri migren merupakan nyeri intrakranial dan disertai peninggian sensitivitas kulit. Patofisiologi migren bukan hanya iritasi perifer pain fiber yang terdapat di pembuluh darah intracranial.
Akan tetapi juga terjadi kenaikan sensitivitas set saraf sentral terutama pada sistem trigeminal yang memproses informasi yang berasal dari struktur intracranial dan kulit (Landy, 2003).
Proses sensitisasi di reseptor meningeal perivaskuler mengakibatkan hipersensitivitas intracranial dengan manifestasi sebagai perasaan nyeri yang ditimbulkan oleh batuk, rasa mengikat di kepala atau pada saat menolehkan kepala.
Kualitas hidup pasien migren dilihat dari indikator sosial ditentukan dari fungsi fisik yang menurun, yakni kesanggupan untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari berkurang, gangguan kesanggupan bekerja dan rekreasi berkurang.
Selain itu, morbiditas psikologik (depresi, gangguan tidur, ansietas, merasa kehilangan harga diri), konsekuensi sosial (gangguan hubungan keluarga, hubungan pasangan menjadi terganggu).
Kemudian isolasi hubungan sosial/lingkungan dan konsekuensi ekonomi atau biaya kesehatan yang tinggi, memburuk kesejahteraan, dan bahkan kemungkinan untuk kehilangan kerja).
Penelitian ini jenis quasi eksperimen dengan pendekatan one group pre test and post test design.
Tempat penelitian di salah satu klinik bekam di wilayah kota Semarang Provinsi Jawa Tengah.
Jumlah populasi kurang lebih 30 orang perbulan pasien datang di klinik bekam dengan keluhan migren.
Teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling hingga memenuhi jumlah sampel 30 responden
Kriteria inklusi; pasien migren yang mau terlibat dalam penelitian, jenis kelamin laki-laki, usia 21-45 tahun.
Pasien migren yang bersedia menjadi sampel penelitian terlebih dahulu diukur kualitas hidupnya (pre test kualitas hidup), diberi perlakuan bekam basah satu kali yaitu pada hari ke-0.
Satu minggu post treatment dilakukan pengukuran kualitas hidup (post test). Data yang diperoleh kemudian dilakukan pengolahan dan analisis sesuai rencana penelitian.
Instrumen penelitian menggunakan quesioner A dan lembar chek list B. Kuesioner A berisi tentang karakteristik responden.
Alat untuk mengukur kualitas hidup indikator sosial humaniora menggunakan quesioner Headache Impact Test Version 6 (HIT-6) (Yang. M, Baum. RR, Varon SF, Kosinski M et. al, 2011).
Check list activity daily living pasien migren yaitu Headache Impact Test-6 (HIT-6) menggunakan 5 skala likert selalu (13 point), sering (11 point), kadang-kadang (10 point), jarang (8 point) dan tidak pernah (6 point) (Yang. M, Baum. RR, Varon SF, Kosinski M et. al, 2011).
Prosedur penelitian dengan bekam basah yang prosedurnya meliputi;
- Pundak dan punggung pasien
- Daerah pembekaman yaitu tonjolan tulang leher belakang nomor 7 (processus spinosus vertebrae cervicalis VII) al kahil, antara bahu (acromion) kanan dan kiri, setinggi pundak al katifain
- Cupping tools diletakkan dititik pembekaman
- Penghisapan dengan alat hisap bekam selama lima menit
- Penggunaan hand schoon steril
- Insisi superfisial pada daerah pembekaman menggunakan pisau bedah
- Penghisapan cup dengan alat hisap bekam selama 10 menit
- Membersihakn daerah pembekaman dengan kassa steril
- Penghisapan cup dengan alat hisap bekam selama 5 menit
- Membersihkan daerah pembekaman dengan kassa steril
- Prosedur pengukuran kualitas hidup sosial humaniora pasien migren (> 60)
Dengan demikian kualitas hidup pasien migren buruk. Hasil penelitian ini dilakukan di salah satu klinik di Semarang diperoleh sampel 30 pasien laki-laki.
Gambaran umur pasien mean 35 tahun, minimal 25 tahun, maksimal 43 tahun dan SD 4.586 tahun. Pekerjaan pasien PNS (30%), swasta (46,7%), dan wiraswasta (23,3%).
Rata-rata gangguan ADL pasien migren sebelum dilakukan bekam 73.40, gangguan ADL minimum 65 dan maksimum 76.
Gangguan ADL tersebut termasuk kategori migren berdampak parah pada ADL pasien.
Rata-rata gagguan ADL pasien migren 1 minggu setelah dilakukan bekam 52.67 (migren berdampak ringan pada aktivitas), gangguan ADL minimum 36 (migren sedikit/tidak berdampak pada aktivitas) dan maksimum 76 (migren berdampak sedang pada aktivitas pasien).
Dengan demikian kualitas hidup pasien migren sedang. Analisis bivariat menggunakan paired t test menunjukkan nilai p 0.000 (<0.005).
Maka diambil kesimpulan ada pengaruh luar biasa bekam basah terhadap kualitas hidup hidup sosial humaniora pasien migren.
Uji paired t test ADL sebelum dan 1 minggu setelah bekam, menunjukkan hasil bahwa terjadi penurunan gangguan ADL yang berarti peningkatan kualitas hidup pasien.
Bekam basah sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup social humaniora dengan nilai p 0.000.
Kualitas hidup social humaniora pasien migren sebelum dilakukan bekam basah.
Hipereksitasi korteks serebri abnormal menstrimulus cortical spreading depression.
Gangguan distribusi ion intravaskuler dan ekstravaskuler menyebabkan penurunan aliran darah dan menyebabkan aktivasi sistem trigeminovaskular.
Mediator vasoaktif dan neurotransmitter, serta nosiceptor disekresi sehingga terjadi; inflamasi serebral, aktivasi sensitisasi perifer, dan sensitisasi sentral. Hal tersebutlah yang menyebabkan migren.
Migren sering mengganggu dikarenakan nyeri berdenyut, disertai mual, tidak nafsu makan, sensitif terhadap cahaya, suara dan bau-bauan.
Keadaan migren sangat mengganggu bekerja dan aktifitas sehari-hari, sehingga menurunkan Activity Daily Living (ADL) pasien.
Berdasarkan usia dan pekerjaannya pasien dalam penelitian ini termasuk usia produktif bekerja.
Migren menganggu aktivitas yang menyebabkan pasien ingin selalu tidur, tidak bisa melakukan aktivitas rumah tangga, sulit beronsentrasi, dan hubungan sosial pun juga terganggu karena kecederungan mudah jengkel.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa ADL pasien migren sebelum dilakukan bekam berdampak parah pada ADL pasien dengan nilai gangguan ADL (> 60).
Kualitas hidup social humaniora pasien migren 1 minggu setelah dilakukan bekam basah. Rata-rata gangguan ADL pasien migren 1 minggu setelah dilakukan bekam 52.67.
Hal ini terlihat terjadi penurunan gangguan ADL sehingga dapat disimpulkan terjadi peningkatan kualitas hidup pasien.
Bekam basah dapat mengendalikan proses pelepasan mediator vasoaktif neurotransmitter, nosiceptor neurogenic inflamation, sensitisasi perifer dan sensitisasi sentral sehingga tidak terjadi migren.
Mekanisme lain gate control theory terjadi karena hisapan bekam dan sayatan dapat menyibukkan saraf yang mentransmisikan sinyal rasa nyeri ke otak sehingga pasien tidak merasakan nyeri lagi.
Hisapan dan sayatan bekam dapat menstimulus pengeluaran endorfin, enkefalin yang berperan mengurangi sensitivitas nyeri (Theoharides, 2006. Sharaf AR, 2012).
Pengaruh bekam basah terhadap kualitas hidup sosial humaniora pasien migren dalam uji paired t test ADL sebelum dan 1 minggu setelah bekam.
Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi penurunan gangguan ADL yang berarti peningkatan kualitas hidup pasien.
Bekam basah sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup social humaniora dengan nilai p 0.000.
Terdapat penurunan nyeri pasien sehingga terjadi peningkatan ADL sebelum dan setelah bekam basah.
Hal ini sesuai dengan penelitian aplikasi tunggal traditional cupping efektif untuk memperbaiki rasa sakit, kualitas hidup, dan hiperalgesia (Lauche R, Cramer H, Hohmann C, Choi K. E, Rampp T, Saha F. J, at al 2011).
Bekam basah adalah teknik pengobatan komplementer, telah menurunkan nyeri pada 66% pasien tension headache (Ahmadi A at al 2008).
Cao H at al 2010 58 % pasien memilih bekam basah di antara metode bekam lainnya. 38,43 % pasien berobat karena kondisi nyeri. (Ditulis oleh Amin Samiasih., S.Kp., Msi. Med, Dr. Tri Hartiti., SKM., M.Kep, Jurnal Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1, Nomor 2, November 2013; 150-155)