Lailatul Qadar sebuah malam yang memiliki keutamaan dan tidak dimiliki di luar Ramadan. Pada malam yang mulia ini, para malaikat akan lebih banyak turun ke dunia dikarenakan melimpahnya berkah di malam tersebut.
Keselamatan dan keberkahan Allah bertebaran hingga terbitnya fajar. Seluruh kebaikan terkandung dalam malam tersebut sehingga tidak ada keburukan sampai terbitnya fajar.
Pada malam ini, segala urusan yang penuh hikmah dirinci. Maksudnya segala kejadian selama setahun ke depan ditentukan dengan izin Allah Yang Maha Bijaksana.
Penentuan takdir pada malam tersebut adalah penentuan takdir tahunan. Ada pun penentuan takdir secara umum yang tercantum dalam Lauhul Mahfuzh, maka hal tersebut telah tercatat sejak 50.000 tahun sebelum langit dan bumi diciptakan.
Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرُ الخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ
Artinya:
“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi” (HR. Muslim No. 2653).
Untuk itu, sudah sepatutnya seorang muslim bersemangat menelusuri malam yang memiliki kedudukan seperti ini. Tujuannya supaya mendapatkan keberuntungan dan pahala yang terdapat pada malam tersebut.
Tidak hanya memperoleh ganjarannya namun akan menerima keberkahannya. Orang yang merugi adalah mereka yang tidak mendapatkan pahala pada malam Lailatul Qadar.
Barangsiapa yang melewatkan momen-momen kebaikan maka sungguh besar kerugian dan penyesalan yang menimpanya. Seseorang yang merasa malas dalam melakukan kebaikan pada malam Lailatul Qadar, maka kapan lagi dirinya akan beramal?
Bersemangat mencari malam yang penuh berkah ini dan berdoa di dalamnya merupakan ciri hamba terpilih. Jika mereka berdoa dengan penuh kesungguhan kepada Allah, maka diberikan ampunan dan perlindungan baginya.
Sebab segala sesuatu yang akan terjadi pada diri seseorang selama setahun ke depan ditetapkan pada malam Lailatul Qadar.
Imam At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan selainnya meriwayatkan dari Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, beliau berkata;
قلت يا رسول الله أرأيت إن علمت أي ليلة ليلة القدر ما أقول فيها ؟ قال قولي اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعف عني
Artinya:
Aku berkata kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah, apabila aku mengetahui waktu malam Al Qadar, apakah yang mesti aku ucapkan pada saat itu? Beliau menjawab: Katakanlah, Allahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa, fa’fu’anni, artinya: Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha pemberi ampunan, suka memberi pengampunan, maka ampunilah diriku ini” (HR. At Tirmidzi No. 3513 | HR. Ibnu Majah No. 3850 | HR. Ibnu Majah No. 3105)
اَللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Artinya:
“Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, Engkau senang memaafkan kesalahan, maka maafkanlah aku”
Doa di atas yang sangat berkah ini memiliki makna besar, mendalam penunjukannya, banyak manfaat dan pengaruhnya, serta doa ini sesuai dengan keberadaan malam Lailatul Qodar.
Sebagaimana disebutkan, Lailatul Qodar adalah malam yang dijelaskan segala urusan dengan penuh hikmah dan ditentukan takdir amalan-amalan hamba selama setahun penuh.
Artinya segala sesuatu yang akan dituliskan kita ditetapkan sampai bertemu lailatul Qodar tahun berikutnya.
Barangsiapa yang dianugerahi pada malam tersebut al ‘afiyah (kebaikan) dan al ‘afwa (dimaafkan kesalahannya) oleh Allah, maka sungguh dia telah mendapat kemenangan, keberuntungan, dan kesuksesan yang sebesar-besarnya.
Barangsiapa yang diberikan al ‘afiyah (kebaikan) di dunia dan di akhirat maka sungguh dia telah diberikan kebaikan dengan seluruh bagian-bagiannya.
Dan tidak ada yang sebanding dengan al ‘afiyah (kebaikan) tersebut. Imam Al Bukhari meriwayatkan dalam Adabul Mufrad dan At Tirmidzi dalam As Sunan dari Al Abbas bin Abdil Muthollib beliau berkata:
“Aku berkata wahai Rasulullah, ajarkan sesuatu (doa) yang aku gunakan meminta kepada Allah, Rasulullah menjawab; mintalah kepada Allah al ‘afiyah (kebaikan), maka pada suatu hari aku berdiam diri kemudian aku datang lagi pada Rasulullah aku katakan: Wahai Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu yang aku gunakan meminta kepada Allah, maka beliau berkata kepadaku: Wahai Abbas, wahai pamannya Rasullullah mintalah kepada Allah al ‘afiyah (kebaikan) di dunia dan di akhirat”.
Oleh sebab itu, sesungguhnya termasuk kebaikan bagi seorang muslim untuk memperbanyak doa yang barokah ini pada setiap waktu dan di manapun dirinya berada.
Terlebih ketika sudah berniat dan berdiam diri (i’tikaf) di masjid. Yakinilah bahwasannya Allah Maha Pengampun dan Maha Pemurah yang senang memberikan maaf kepada hamba-Nya.
“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. As Syura 25).
Amalan Terakhir Ramadan 1444 Hijriah:
1. Mengerjakan Ibadah Umrah
Umrah di bulan Ramadan sangat istimewa. Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam bersabda;
فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِى فِيهِ فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ حَجَّةٌ
Artinya:
“Jika Ramadan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadan senilai dengan haji” (HR. Bukhari No. 1782 dan HR. Muslim No. 1256)
Dalam lafaz Imam Muslim disebutkan;
فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً
Artinya:
“Umrah pada bulan Ramadan senilai (setara) dengan haji” (HR. Muslim No. 1256)
Dalam lafazh Imam Bukhari yang lain disebutkan;
فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ تَقْضِى حَجَّةً مَعِى
Artinya:
“Sesungguhnya umrah di bulan Ramadan seperti berhaji bersamaku (Rasulullah)” (HR. Bukhari No. 1863)
2. Mengerjakan Banyak Salat Sunah
Selain mengerjakan salat wajib lima waktu, memperbanyak salat sunah saat i’tikaf sangatlah dianjurkan. Karena salat merupakan seutama-utamanya ibadah dan paling besar pahalanya.
Salat merupakan hubungan langsung antardua pihak, yakni seorang hamba dengan Sang Pencipta. Terlebih lagi, salat adalah tiang agama dan rukun Islam yang paling utama bagi umat Islam.
Untuk salat sunah ini bisa dikerjakan antara lain salat sunah sebelum dan sesudah salat lima waktu, sunah dhuha, sunah tahajud, sunah hajat, dan sunah lain-lainnya.
3. Memperbanyak Membaca Al Qur’an
Al Qur’an membawa umat Islam pada kedamaian dan memberikan petunjuk kehidupan. Orang yang gemar membaca Al Qur’an akan mendapatkan syafaat pada hari akhir kelak.
4. Memperbanyak Zikir
Allah berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya:
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. Ar Ra’du 28).
Zikir merupakan amalan i’tikaf yang luar biasa. Orang yang beri’tikaf dianjurkan untuk memperbanyak zikir tasbih, tahmid, tahlil, istighfar, atau selainnya.
Zikir adalah ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sesungguhnya, menyibukkan diri saat i’tikaf dengan berzikir akan mendapat pahala yang sangat besar.
5. Memperbanyak Membaca Salawat
Firman Allah:
إنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al Ahzab 56).
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam bersabda;
حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik RA dia berkata: Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wa Sallam bersabda: “Barangsiapa bersalawat kepadaku (Nabi Muhammad) satu kali, maka Allah akan mengucapkan salawat kepadanya sepuluh kali, dihapuskan darinya sepuluh kesalahan, dan dia diangkat sepuluh derajat untuknya” (HR. Nasa’i)
6. Mengurangi Aktifitas Tidak Penting
Pada saat melaksanakan i’tikaf umat Islam dianjurkan untuk mengurangi hubungan dengan orang banyak. Kata para ulama, lebih disukai, jika i’tikaf telah selesai, kita berdiam diri pada malam menjelang Idul Fitri.
Kemudian, keesokan harinya keluar dari masjid tempat i’tikaf menuju tempat salat Idul Fitri. Dengan demikian, kita telah menyambung dari satu ibadah ke ibadah yang lainnya.
Sabda Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam:
مَنْ قَامَ لَيْلَتَىِ الْعِيدَيْنِ لِلهِ مُحْتَسِبًا لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ الْقُلُوبُه
Artinya:
“Barangsiapa bangun (untuk beribadah) pada dua malam Ied dengan mengharapkan pahala dari Allah, maka Allah tidak akan mematikan hatinya pada saat dimatikannya semua hati” (HR. Ibnu Majah dan HR. As Syafi’i).
7. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersungguh-sungguh dalam beribadah, seperti salatnya, membaca Al Qur‘annya, dan berdoanya
8. Diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dari Aisyah Radhiallahu ‘Anhu: Sesungguhnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: Biasanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika memasuki sepuluh (malam terakhir Ramadan) menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya serta mengencangkan kainnya (semangat beribadah dan tidak mencampuri istri-istrinya)
9. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Muslim: Beliau (Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam) bersungguh-sungguh (ibadah) pada sepuluh malam terakhir melebihi kesungguhannya pada selain Ramadan
10. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menganjurkan untuk menunaikan qiyam (ibadah) pada Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan pengharapan
11. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sesungguhnya beliau bersabda: “Barangsiapa yang berdiri menunaikan salat pada malam Lailatul Qadar dengan iman dan harap (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni” (HR. Muttafaq ‘Alaihi)
12. Selama berada di masjid untuk i’tikaf, seyogianya disibukkan dengan segala sesuatu ibadah. Sementara kurangi (tinggalkan) bermain ponsel untuk WhatsApp-an, Facebook-an, Twitter-an, SMS-an, teleponan, atau hal-hal yang tidak memliki esensi ibadah. Wallahu A’lam Bishshawab.