Saya tidak jadi pasang ring di jantung. Tadinya waktu terjadi sesak napas dan dibawa salah satu ke rumah sakit di Batam, saya diharuskan pasang dua ring jantung.
Dokter bilang saat itu, mau tidak mau harus dipasang, kalau enggak bisa berbahaya. Alhamdulillah saya rutin terapi oksidan (bekam), sampai saat ini saya tak perlu lagi pasang ring dan dinyatakan sehat.
Begitulah kesaksian Abdul Manan, 60 tahun, salah satu dari ratusan pasien Bengkel Manusia Indonesia yang pernah didiagnosis dokter untuk pasang ring di jantungnya. Tidak cukup satu ring, dokter mengharuskan dia pasang dua ring sekaligus agar bisa normal dan tidak kambuh lagi.
Saya (Abdul Manan) tinggal di dekat Pulau Meranti Riau daratan. Kebetulan anak saya bekerja di Batam. Majikan anak saya ini sering melakukan Terapi Oksidan di Bengkel Manusia Indonesia. Karena sehat, dia menganjurkan para anak buahnya agar rutin terapi ini supaya sehat.
Suatu saat anak saya bilang kepada majikannya untuk minta izin karena harus mengurusi orangtuanya di kampung. Saat ditanya majikannya, kenapa harus pulang kampung terus? Anak saya menjawab kalau ayahandanya terserang penyakit jantung.
Tentu saja saat itu majikan merasa heran karena untuk sering pulang kampung biaya transportasi tidaklah sedikit. Nah sebelum pulang, majikan anak saya menyarankan supaya ayahnya diterapi saja di Batam. Cobalah dibujuk-bujuk bapaknya, siapa tahu terbuka hatinya dan mau diobati di sini.
Sesampainya di kampung halaman, penyakit jantung ayahnya kambuh dan rumah sakit di daerahnya tidak bisa mengatasinya. Saat itu saya harus dibawa ke rumah sakit yang lebih modern dan lokasinya jauh dari kampung halamannya. Perjalanan sekitar lima jam naik kapal.
Waktu itu, saya dirawat inap selama lima hari untuk pengobatan jantung. Usai lima hari itu kondisinya sudah membaik. Hanya saja dokter bilang harus segera pasang dua ring, kalau tidak akan kambuh seperti itu lagi di kemudian hari.
Karena anak saya selalu menemani waktu itu, dia bilang ke saya coba bapak terapi seperti yang dianjurkan majikan saya itu. Lantas anak saya menceritakan proses terapi dan caranya, termasuk biayanya dan kira-kira harus berapa kali terapinya.
Esoknya, usai pulang dari rumah sakit, saya tidak langsung pulang ke daerah asal, karena harus kontrol dan cek kesehatan lagi di rumah sakit yang menangani saya kala itu. Saya terbesit di hati dan ingin sekali mencoba terapi itu. Siapa tahu bisa sembuh. Dalam hati saya cobalah, semoga cocok.
Lalu saya bilang sama anak saya, besok saya tolong diantar ke tempat terapi yang kamu bilang kemarin itu. Atau kalau enggak bisa enggak beliaunya diminta hadir ke rumah ini (rumah anak saya). Anak saya pun mengiyakan dan konsultasi, rupanya beliau bersedia datang ke rumah.
Sorenya setelah janjian, beliau datang ke rumah anak saya. Orangnya masih muda dan enerjik. Saat saya jumpa pertama dalam hati saya seperti cocok begitu saja. Saya dikenalkan anak saya dan beliau ngobrol-ngobrol.
Nah, ternyata beliau ramah dan luas keilmuannya. Saya jadi senang mendengarnya. Saat itu beliau bilang kepada saya sebelum terapi, bapak harus yakin dan ikhlas menerima ini. Insya Allah bisa sembuh atas izin Allah. Saya hanya manggut-manggut dan mengikuti apa yang diperintahkan beliaunya.
Walau saat itu terpikirkan bahwa saya sudah berusia 60 tahun, namun saya merasa senang dan cocok sama beliau, bahkan saya merasa beliau tidak seperti berusia 30 tahunan. Rasanya saya menganggap beliau lebih tua dari saya, padahal saya lihat usia beliau sekitar 30 tahunan.
Tiga puluh menit diterapi dan selesai. Saya merasa nyaman dan enak. Ada sesuatu yang rasanya berat di dada saya seperti tercabut. Beliau bilang, setiap dua hari sekali harus diterapi. Insya Allah dalam dua minggu terasa manfaatnya dan hasilnya maksimal.
Ternyata benar, saya mengikuti anjuran dan arahan beliau kondisi saya berangsur-angsur membaik. Seminggu setelah saya terapi, saya harus cek ke rumah sakit. Saat dicek di rumah sakit, dokter tanya pada saya, kondisi jantung bapak bisa bagus begini?
Terus dokter lihat ada bekas-bekas terapi di badan saya sambil keheranan. Bapak melakukan terapi apa? Kok kondisi jantungnya bagus dan tidak perlu dipasang ring. Mendengar hal itu, saya kaget dan menyela pembicaraan dokter? Ah yang benar saja dokter, katanya kemarin harus pasang ring?
Lalu dokter itu menunjukkan kepada saya hasil USG jantung sambil menjelaskan secara rinci mengenai kondisi jantung saya terkini. Dokter bilang, bapak sudah sehat dan tidak perlu pasang ring. Cukup minum obatnya dan istirahat yang cukup. Bulan depan cek lagi ke sini.
Mendengar pernyataan dokter itu, saya dan anak saya saling bertatapan. Antara takjub dan syukur. Bingung dan gembira. Lalu saya pulang ke rumah anak saya. Selama di jalan kami masih terdiam dan terheran-heran.
Sampai di rumah siang. Sorenya saya sudah janjian sama beliau yang mau menerapi. Terus saya sampaikan kepada beliau bahwa kata dokter saya tidak perlu pasang ring. Beliau tersenyum lalu mengatakan Alhamdulillah, semua ini atas berkat, rahmat dan pertolongan Allah.
Seperti biasa, saya terapi lagi. Selama dua minggu itu saya diterapi. Setelah merasakan tubuh enak, nyaman dan ringan akhirnya saya memutuskan pulang ke kampung halaman. Anak saya yang mengantarkan ke pelabuhan.
Bulan depannya saya cek lagi ke rumah sakit dan dinyatakan sehat alias normal. Nah untuk menjaga kesehatan jantung saya ini, setiap bulan ke rumah anak-anak saya, saya mengkhususkan waktu untuk terapi di Bengkel Manusia Indonesia.
Semoga kisah nyata ini dapat memberikan pelajaran bagi kita semuanya bahwa sesuatu yang dilakukan dengan ridho dan ikhlas akan membuahkan hasil yang maksimal. Mungkin jika ada pembaca yang mengalami seperti saya, cobalah terapi di sini. Semoga sembuh.
Jantung Manusia
Jantung merupakan organ utama dalam tubuh manusia. Jika jantung bermasalah mengakibatkan banyak persoalan dalam tubuh seseorang. Salah satu jenis penyakit jantung dan pembuluh darah yang banyak terjadi adalah penyakit jantung koroner (PJK).
Penyakit ini sering disebut “silent killer” (pembunuh tak bersuara). Dalam kehidupan kita di masyarakat, seseorang tidak menyadari bahwa dirinya memiliki penyakit ini. Ada kalanya tidak menunjukkan tanda-tanda serangan jantung atau gagal jantung.
Sangat penting bagi kita untuk memerhatikan gejala penyakit jantung sejak dini. Sebagaimana yang diteliti oleh kedokteran, penyakit jantung adalah semua penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan fungsi jantung.
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan jenis penyakit di jantung yang paling sering terjadi. Kondisi ini merupakan hasil dari penumpukan plak di dalam arteri koroner. Sehingga menghambat aliran darah ke jantung serta meningkatkan risiko serangan jantung dan komplikasi lainnya.
Penyakit jantung koroner biasanya disebabkan oleh menumpuknya kolesterol sehingga membentuk plak pada dinding arteri dalam jangka waktu yang cukup lama. Lama-kelamaan kondisi ini akan menyebabkan aliran darah tersumbat dan gangguan ini dikenal sebagai aterosklerosis
Seiring berjalannya waktu, penyakit jantung koroner dapat menyebabkan otot jantung melemah, dan menimbulkan komplikasi seperti gagal jantung dan aritmia (gangguan irama jantung).
Sementara itu, jenis penyakit ini lainnya meliputi denyut jantung tidak teratur (aritmia), otot jantung lemah (kardiomiopati), dan lainnya. Pada dasarnya gejala penyakit ini akan bervariasi tergantung pada jenis penyakit jantung yang dialami seseorang.
Ciri penyakit jantung juga mungkin akan berbeda untuk pria dan wanita. Misalnya, pria lebih mungkin mengalami nyeri dada. Sementara selain mengalami nyeri dada, wanita juga cenderung memiliki gejala lainnya seperti sesak napas, mual, dan sering merasakan kelelahan kronis.